JAPPY NETWORK

JAPPY NETWORK RENUNGAN dari MAZMUR RENUNGAN DARI AMSAL LINTASAN SEJARAH NTT SAINS dan AGAMA FUNDAMENTALISME KRISTEN QANUN BIBLE STUDY QURAN STUDY GAGAL LOGIKA FREETHINKER 

Stat Counter
web counter
Free Website Translator

HARI KEBAIKAN INDONESIA

Saat itu, awal 2009, seorang Lelaki Tua yang baru saja melewati usia setengah abad, mengalami pergulatan spiritual dan psikologis yang sangat berat dan ekstrim.Pada sikon itu, ia menghubungi banyak orang yang pernah ia ulurkan tangan pada mereka, agar bisa sekedar untuk berbagi cerita, derita, dana, serta penguatan dan penyembuhan luka-luka bathin.Namun, dari sekian banyak orang yang Lelaki Tua itu hubungi, tak satu pun memberi jawaban, harapan, dan kepastian. Sehingga, saat kesepian dan kesendirian dalam balutan Metropolitan, Lelaki Tua itu merasa teralienasi, terasing, dan tersingkir dari Dunia Diri sebelumnya. 

[Lelaki Tua itu pun belajar sesuatu yang baru bahwa, "Dikala sulit, jangan pernah menghubungi orang-orang yang pernah dibantu atau bukakan jalan baginya." Seperti pesan ibunya, puluhan tahun sebelumnya].

Ketiadaan jawaban tersebut, menjadikan Lelaki Tua itu memutuskan, 'Biarlah dalam kesendirian, kesepian, dan tiada uluran tangan lain, berusaha, berjuang dan mempertahankan hidup dan kehidupan.'Lelaki Tua itu beranjak dari tempat ia membaringkan kepala; ya, ditempat itu, hampir setiap malam ia berbaring, kadang dengan perut yang merintih karena hanya terisi air kemasan.Ia berjalan ke arah peron, menaiki KRL, yang belum sebagus sekarang, dan turun di Stasiun sesuai bisikan intuisinya. Setiap hari, menjelang malam, ia lakukan itu terus menerus.

Dan, ketika waktu tidur, ia pun berbaring bersama para penjual asongan, anak terlantar, homeless, dan pekerja serabutan. Bercampur dan berbaring di bangku-bangku peron, teras Stasiun, atau pun pelataran kosong. Karena keseringan bersama tersebut, Lelaki Tua itu, mendapat banyak teman, serta menemukan warna-warni hidup dan kehidupan yang getirnya melebihi dirinya.

Lelaki Tua itu menjadi tahu tentang sejarah lembaran uang yang dipegang orang-orang di sekitarnya: hasil copet, parkir liar, ambil di kotak amal serta kantong kolekte di Gereja, ngemis, jual barang bekas, bahkan hasil jasa hubungan seks dengan sejenis dan lawan jenis. Uang tersebut, mereka gunakan bersama; membeli makanan, minuman, cream penolak nyamuk, bayar toilet umum, dan lain sebagainya.

Mereka, kami, ia dan dia selalu berbagi; berbagi untuk semua, tanpa bertanya latar SARA; semuanya dalam kejahatan yang sama; yang tersisa hanya cita-cita dan harapan.Semuanya berlangsung hingga pada suatu waktu; suatu malam, 23 Juni 2009, di Stasiun Bogor, jelang tertidur, seorang Homeless berkata ke Lelaki Tua itu, "Abah Kolot (maksudnya orang/kakek tua), Hari ini, sisa Rp 10.000 di kantong saya. Mari kita minum Kopi."Mereka berdua menuju tenda kopi depan Stasiun Bogor, menghirup panas dan wangi kopi liong khas Bogor.

Lelaki Tua bertanya pada Si Homeless, "Kemana uangmu? Biasanya lebih dari Rp 50.000.-"Si Homeless pun bercerita tentang tentang dirinya pada Hari Ini. Uang yang ia dapat dari jual barang bekas dan ban mobil curian, digunakan untuk membeli makanan, kaos, sepatu, buku untuk sejumlah anak-anak yang biasanya berkumpul di Taman Topi Bogor.

Ternyata, yang dilakukan Si Homeless sama seperti yang Lelaki Tua lakukan; ia membagi makanan ke anak-anak di Jalan Kapten Muslihat Bogor.Setelah bercerita panjang lebar, ternyata terdengar azan subuh.

Si Homeless pun berkata ke Lelaki Tua, "Abah kolot, bagaimana caranya, agar kita tidak melupakan Hari Ini."

Lelaki Tua itu menjawab pelan, "Hari Ini, adalah Hari Kebaikan Sedunia; Hari Berbuat Baik; Hari Memberi dari tidak ada apa-apa."

Si Homless pun berdiri, memeluk Lelaki Tua itu, dan berkata, "Hari Ini, Hari Kebaikan Sedunia, tepatnya Hari Kebaikan Indonesia."Ia pun berlalu, dengan semangat menuju area Sholat subuh; tanpa disadari, ada mobil melaju kencang; Si Homeless tertabrak lari, tewas di tempat.

Lelaki Tua itu, berlari cepat menuju sosok tak benyawa itu; orang-orang datang dan membawa jenazah.Sejak saat itu, setiap 23 Juni, Lelaki Tua itu pun selalu berkata, Hari Ini, 23 Juni adalah Hari Kebaikan Indonesia. Ia sampaikan ke segala penjuru.

###

Beberapa tahun kemudian, setelah PJKA mengeluarkan kebijakan Area Stasiun Harus Bersih, maka tidak ada lagi orang-orang yang tidur atau menginap di Peron atau pun sekitar Stasiun.

Orang-orang yang pernah bersama Lelaki Tua itu, sudah terpencar, masing-masing entah di/dan ke mana. Lelaki Tua itu pun, merubah nama panggilannya dari Abbah Jappy menjadi Opa Jappy; ia terus-menerus menjaga 23 Juni sebagai Hari Kebaikan Sedunia

.###

Setiap tahun, pada 23 Juni, sebagai Hari Kebaikan, merupakan waktu spesial untuk melakukan kebaikan; yang porsinya, lebih dari hari-hari biasa. Perbuatan baik, dan juga kata-kata bijak dan inspiratif kepada semua orang, dan bantuan sandang-pangan ke mereka yang kurang beruntung, tertindas, dan terabaikan.

Sebab, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang.

Selamat Hari Kebaikan Indonesia.

 

Opa Jappy |Pencetus Hari Kebaikan Indonesia

 


 

The Samaritan, Orang Indonesia, dan Saudara dalam Kemanusiaan

 

"Adalah seorang berjalan dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun; orang itu dirampok habis-habisan, memukulnya, sesudah itu para perampok tersebut pergi meninggalkannya setengah mati.

Seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.

 Seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya, lalu membalut luka-luka, menyiram dengan minyak dan anggur, menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya, membawanya ke tempat penginapan, merawatnya.

 Keesokan hari ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan, katanya, "Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali."

“Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?"

(Dokter Lukas, Abad I Masehi)

 

Srengseng Sawah, Jakarta Selatan | Kisah di atas tentang, ya benar, seperti yang anda dalam pikiranmu, The Samaritan atau Orang Samaria (yang Baik Hati). Kisah yang dikenal (dan di hafal) banyak orang, terutama mereka yang pernah mengikuti Bina Iman di Sekolah Mingggu. The Samaritan juga populer di area aktivis dan pekerja sosial, lintas iman dan agama.

Ya, The Samaritan, sejak lama, menjadi ‘role model’ (pada dan tentang) seseorang melihat (orang lain yang tak dikenal dan menjadi) korban kejahatan; kemudian, menolong, merawat, dan membiayai perawatan tersebut.   

Namun, siapa The Samaritan tersebut, sehingga sejaka lama telah menjadi ‘role model?’ Komunitas Orang Samaria, yang paling kuno, merupakan bagian dari Suku-suku di Israel Utara. Belakangan, sekitar tahun 700 SM, mereka terusir dari wilayahnya. Dan, sekitar 500 SM, Suku-suku Israel Selatan juga terusir dari wilayahnya, praktis ada daerah, terutama di Utara, yang kosong penduduknya.

Pada area yang kosong itulah, penguasa Babel, yang menaklukan Israel, menempatkan orang-orang dari berbagai latar belakang etnis, suku,  bangsa agama ke wilayah Orang-orang Samaria kuno tersebut, (ketika Romawi dan Khalifah menguasai Israel, mereka pun menempatkan banyak orang pada wilayah itu). Keturunan mereka itulah yang mejadi Orang Samaria atau The Samaritan hingga sekarang.

Pada abad I, karena berbagai alasan etnisitas, silsilah, iman, dan kepercayaan, sosial, pada interaksi dan pergaualan sosial, Orang-orang Samaria dipandang sebagai ‘masyarakat kelas dua,’ diremehkan, tak dipercaya, serta tak setara dengan orang lain. Bahkan dinilai sebagai, “Adakah yang baik pada Orang Samaria?”

Nah. Dengan latar itulah, Dokter Lukas menulis tentang The Samaritan, (dr Lukas imani sebagai bagian dari cara Gurunya melakukan edukasi publik), sebagai bagian dari karya dirinya. Dari kisah The Samaritan, tanpa data biologis, tersebut ada beberapa hal yang menarik, antara lain

  • The Samaritan telah menunjukan keterpihakan pada korban perampokan; ia menolong yang tak dikenal; ia menunjukan kesetiakawanan sosial.
  • The Samaritan telah membantu korban (i) tanpa bertanya atau mengetahui detail korban, (ii) secara lintas etnis, suku, dan bangsa, (iii) lintas iman dan agama

Berdasarkan semuanya itu, sangat tepat jika apa-apa yang dilakukan The Samaritan sebagai suatu ‘role model’ oleh/dan pada banyak orang dari masa lalu hingga kini. Selain itu, The Samaritan dengan jelas telah menempatkan diri sebagai ‘Sesama Manusia untuk Yang Lainya, tanpa memandang batas-batas perbedaan etnis, iman, agama, dan golongan.’ Dengan sebutan lain, The Samaritan telah menjadikan Orang yang Tak Dikenal sebagai Saudara dalam Kemanusiaan.

Ya, The Samaritan telah menjadikan mereka yang beda etnis, bangsa, iman, agama, golongan sebagai Saudara dalam Kemanusiann, sehingga ia harus menolong, membantu, merawat, dan berkornban untuk Sang Saudara (yang dalam derita dan penderitaan) tersebut.

Lalu, bagaimana dengan anda dan saya? Pada sikon kekinian, mungkin anda dan saya mengenal (dan menghafal) kisah The Samaritan; namun hanya sampai di situ? Padahal, anda dan saya bisa menjadi The Samaritan Baru pada era kekinian. Simak kisah berikut, mungkin bisa menjadikan anda dan saya Orang Samaria yang Baik Hati menjadi Orang Indonesia yang Baik Hati   

"Adalah seorang dengan mobil dari Bogor ke Jakarta; di Jagorawi, ia di hadang perampok; orang itu dirampok habis-habisan, memukulnya; para perampok meninggalkan orang tersebut terkapar di pinggir jalan dalam keadaan setengah mati.

Tak lebih dari 30 Menit kemudian; ada mini bus, penumpangnya adalah rombongan Pdt, Pastor, Kyai, dan petinggi agama lainnya, baru selesai melakukan pertemuan lintas agama di Bogor, dan pulang ke Jakarta. Mereka melihat korban tabrak lari tersebut, namun tak bisa dan tidak mau menolong; mereka hanya melihat tanpa katal, serta meneruskan perjalanan.

Sepuluh Menit kemudian, ada bus yang penuh dengan sejumlah aktivis keagamaan; mereka baru saja sebagai peserta Dialog Lintas Agama dan Kesetiakawanan Sosial di Puncak, dan dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Mereka melihat korban tabrak lari yang tergeletak dan tak berdaya di pinggir jalan; namun, hanya melihat tanpa berbua apa-apa.

Limabelas Menit kemudian. Ada seorang Indonesia (SI), tanpa data dan info, yang sementar menuju Jakarta setelah urusan bisnis di Bogor; ia lelah dan capai, dan ingin cepat bertemu keluarganya. Tiba-tiba, melihat orang tak berdaya tergelak di pinggir jalan, dekat mobil yang hancur.

Hati SI tergerak oleh belas kasihan; dalam kepenatan dan kelelahan diri, ia menuju si korban dan melakukan pertolongan pertama. Setelah itu, ia menaikkan korban ke atas mobil mewahnya; dan membawa ke RS Terdekat. Setelah itu, SI menuju Jakarta, bertemu keluarganya dan menceritakan tentang pengalaman baru dengan korban tabrak lari di Jagorawi

Besoknya, SI ke RS yang merawat korban yang ia bawa, dan membayar semua biaya perawatan; membayar dengan sunyi, kemudian pulang ke rumahnya. Ia tak pernah bertemu (lagi) dengan korban yang ditolongnya

(Oleh Opa Jappy, November 2020)

Kisah kontempor di atas adalah salah satu cara menjadi Sesama Manusia untuk orang lain; dan juga menjadi "Saudara dalam Kemanusiaan." 

Mari, Menjadi Orang Indonesia yang Baik Hati

Opa Jappy | Indonesia Hari Ini  

The Samaritan, Orang Indonesia, dan Saudara dalam Kemanusiaan

 

 

 
 
 Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan

Bebas Menyuarakan Kebebasan


Jappy Network

Twitter

Dan juga ada di Berbagai Media Nasional dan LN.

 

Kumpulan Artikel oleh Opa

Jurnal Guru

Jappy Network

My Site

Jakarta News

Kanal IHI

Indonesia Hari Ini

Blog Indonesia Hari Ini

 Opa Jappy 

My Sweet Musics